
Apa Itu Gaya Hidup Sehat dan Mengapa Kita Perlu Peduli?
Gaya hidup sehat merupakan pola hidup yang mendukung keseimbangan fisik, mental, dan sosial secara menyeluruh. WHO (1999) mendefinisikan gaya hidup sehat (healthy lifestyle) sebagai cara hidup yang bertujuan untuk menurunkan risiko penyakit serius dan kematian dini. Gaya hidup sehat berarti mempertahankan kondisi optimal tubuh dan pikiran melalui konsumsi makanan bergizi, aktivitas fisik rutin, istirahat cukup, pengelolaan stres, serta menjauhi kebiasaan buruk seperti merokok atau konsumsi alkohol berlebihan.
Sebagai seorang mahasiswa, terkadang kita sering kali menghadapi berbagai tuntutan mulai dari tugas akademik, aktivitas organisasi, hingga tekanan sosial. Dalam situasi seperti ini, menjaga gaya hidup sehat menjadi sangat penting agar kita dapat tetap berenergi, fokus, dan stabil secara emosional. Sayangnya, kesibukan yang tinggi kerap membuat kita mengabaikan kebutuhan dasar tubuh dan pikiran kita sendiri.
Gaya Hidup Sehat Tidak Hanya untuk Tubuh, tetapi Juga untuk Kesehatan Mental
Di dunia kampus yang dinamis, kesehatan mental menjadi tantangan nyata bagi dari kita. Tekanan akademik, persaingan, ketidakpastian masa depan, hingga perasaan terisolasi dapat memicu stres dan kecemasan. Di sinilah gaya hidup sehat berperan sebagai pelindung alami bagi kondisi mental kita.
Tubuh yang sehat adalah landasan bagi pikiran yang jernih. Berdasarkan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, kebutuhan dasar seperti makan, tidur, dan rasa aman harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang dapat berkembang dalam hal harga diri atau aktualisasi diri (McLeod, 2025). Artinya, jika kita sering begadang, jarang makan dengan benar, dan tidak aktif bergerak, maka kemampuan kita untuk belajar, berpikir jernih, dan berkontribusi secara optimal akan terhambat.
Selain itu, teori Cognitive Behavioral Therapy (CBT) juga menunjukkan bahwa perilaku kita dapat memengaruhi emosi dan pikiran (National Library of Medicine, 2022). Ketika kita menjaga pola hidup sehat misalnya dengan rutin berolahraga atau tidur cukup, maka otak akan melepaskan hormon seperti endorfin dan serotonin yang berperan dalam menurunkan stres dan meningkatkan suasana hati (Agastya, 2025). Berbagai studi menunjukkan bahwa aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki atau yoga mampu menurunkan hormon stres kortisol dan meningkatkan dopamin serta norepinefrin, yang membantu memperbaiki suasana hati dan meningkatkan fokus (Agastya, 2025).
Praktik mindfulness juga terbukti efektif dalam menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan psikologis (Bukhori et all., 2023). Hal ini selaras dengan teori Self-Determination yang menekankan pentingnya pemenuhan tiga kebutuhan psikologis utama yakni otonomi, kompetensi, dan keterhubungan sosial untuk mencapai kesejahteraan mental yang optimal (Ackerman & Neuhaus, 2018). Gaya hidup sehat yang seimbang mampu membantu kita memenuhi ketiganya.
Langkah Realistis Membangun Gaya Hidup Sehat di Tengah Kesibukan Kuliah
Menerapkan gaya hidup sehat tidak harus langsung drastis. Kita bisa memulainya dengan langkah kecil yang konsisten. Berikut beberapa cara praktis yang bisa kita lakukan, yang juga dapat dijelaskan dengan teori psikologis yang relevan untuk meningkatkan motivasi dan konsistensi dalam menjalani gaya hidup sehat:
1. Atur Waktu Tidur dan Bangun Secara Teratur
Tidur yang cukup, antara 7-9 jam per malam, bukan hanya memberikan tubuh kesempatan untuk pulih, tetapi juga meningkatkan daya ingat dan menjaga stabilitas emosi. Evolutionary Theory of Sleep menjelaskan bahwa tidur membantu individu untuk mengisi ulang dan menghemat energi yang sudah terkuras saat individu sedang terjaga (Simanjuntak & Tristan, 2021). Mengatur waktu tidur yang teratur dapat membantu menurunkan stres dan meningkatkan konsentrasi dua hal penting dalam menghadapi tugas kuliah yang menumpuk.
2. Pilih Makanan Bergizi Meskipun dengan Budget Terbatas
Pilihan makanan bergizi, seperti nasi, telur, tempe, dan sayur, dapat memberikan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi dengan baik. Teori Kebutuhan Maslow menunjukkan bahwa kebutuhan dasar seperti makan yang bergizi harus dipenuhi agar kita bisa berkembang secara maksimal (McLeod, 2025). Gizi yang tepat tidak hanya penting untuk tubuh, tetapi juga mempengaruhi kondisi mental kita. Diet yang buruk dapat menyebabkan fluktuasi mood dan energi yang memengaruhi produktivitas. Selain itu, makan secara teratur juga tidak kalah penting. Pola makan yang konsisten membantu menjaga kestabilan kadar gula darah, energi, dan suasana hati sepanjang hari. Melewatkan waktu makan atau pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan tubuh kelelahan, mudah marah, dan sulit fokus. Oleh karena itu, menjaga pola makan yang bergizi dan teratur merupakan langkah penting dalam mendukung kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh.
3. Luangkan Waktu untuk Bergerak Setiap Hari
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, stretching, atau naik-turun tangga meningkatkan kebugaran tubuh dan memperbaiki suasana hati. Brain Activation Theory menyatakan bahwa berolahraga dapat meningkatkan aliran darah ke otak, yang membantu merangsang neurotransmiter seperti dopamin dan serotonin hormon yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia dan mengurangi stres (Dienel, 2014). Dengan bergerak, kita juga dapat meningkatkan energi dan menurunkan tingkat kecemasan, dua hal yang sangat dibutuhkan di tengah kesibukan akademik.
4. Sediakan Waktu untuk Diri Sendiri
Menghabiskan waktu untuk diri sendiri, seperti menulis jurnal atau bermeditasi, dapat membantu menenangkan pikiran. Teori mindfulness mengajarkan kita untuk hadir sepenuhnya dalam momen ini, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan fokus (Bukhori et all., 2023). Praktik mindfulness terbukti dapat menurunkan stres, memperbaiki kestabilan emosional, dan meningkatkan kualitas tidur. Ini sangat berguna dalam menjalani hidup kampus yang padat dan penuh tekanan.
5. Ciptakan Lingkungan Sosial yang Positif dan Mendukung
Berkumpul dengan teman-teman yang mendukung gaya hidup sehat kita dapat menciptakan lingkungan yang positif dan meningkatkan motivasi. Social Support Theory menjelaskan bahwa dukungan sosial dari teman-teman dekat dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik (Butler, 2017). Berada di lingkungan yang mendukung membuat kita lebih mudah untuk menjaga pola hidup sehat dan merasa lebih tenang saat menghadapi tantangan.
6. Apresiasi Diri atas Perubahan Kecil yang Kita Lakukan
Memberi penghargaan pada diri sendiri setelah berhasil membuat pilihan sehat dapat memperkuat motivasi jangka panjang. Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura mengungkapkan bahwa penghargaan diri yang positif (self-reward) dapat memperkuat kebiasaan baik yang telah dibentuk, karena kita akan merasa lebih dihargai dan lebih termotivasi untuk terus berusaha (Cherry, 2024). Hal ini membantu kita merasa bangga atas pencapaian kecil dan memotivasi diri untuk mempertahankan kebiasaan sehat yang sudah dijalani.
Menjalani kehidupan kampus dengan sehat bukanlah hal yang mustahil. Justru, inilah saat terbaik untuk mulai membangun kebiasaan baik yang akan membawa dampak jangka panjang. Dengan tubuh yang bugar dan mental yang stabil, kita bisa belajar lebih fokus, menjalani hari lebih semangat, dan menjalani kehidupan kampus dengan lebih bahagia. Di FEB UGM, dukungan untuk kesehatan mental bukan sekadar wacana. Career and Student Development Unit (CSDU) menyediakan layanan konseling gratis yang bisa membantu saat beban terasa terlalu berat untuk dipikul sendiri. Selain itu, FEB UGM juga memiliki Peer Support, yaitu teman sebaya yang bisa diajak berbagi cerita dan mencari solusi bersama. Berbagi cerita dengan orang-orang yang memahami situasi yang sama dapat membantu mengurangi tekanan mental dan membuatmu merasa lebih tenang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ackerman, C. E., & Neuhaus, M. (2018, June 21). Self Determination Theory and How It Explains Motivation. Positive Psychology. Retrieved May 15, 2025, from https://positivepsychology.com/self-determination-theory/
2. Bukhori, A., Yanti, A. R., & Rahmawati, A. (2023). Penerapan Mindfulness Training sebagai Upaya dalam Mengurangi Psychological Distress pada Generasi Z. Annual Guidance and Counseling Academic Forum, 1(1), 1. –
3. Butler, K. (2017). Social Support Theory. WILEY. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9781118524275.ejdj0066
4. Cherry, K. (2024, July 15). Social Learning Theory: How Bandura’s Theory Works. Verywell Mind. Retrieved May 15, 2025, from https://www.verywellmind.com/social-learning-theory-2795074
5. Dienel, G. A. (2014). Energy Metabolism in the Brain. Science Direct, 1(1), 53-117. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/B9780123971791000038
6. McLeod, S. (2025, March 14). Maslow’s Hierarchy of Needs. Simply Psychology. Retrieved May 15, 2025, from https://www.simplypsychology.org/maslow.html
7. National Library of Madicine. (2022). In brief: Cognitive behavioral therapy (CBT) – InformedHealth.org. NCBI. Retrieved April 22, 2025, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279297/
8. Agastya, I. G.N, (2025, Jan 22). 10 Olahraga untuk Menenangkan dan Merilekskan Pikiran yang Membantu Mengurangi Stres dan Kecemasan. SEJIWAKU. Retrieved April 22, 2025, from https://kliniksejiwaku.com/olahraga-untuk-kesehatan-mental/
9. Simanjuntak, M., & Tristan, R. (2021). Tidur untuk Menjaga Kesehatan Mental. Buletin KPIN. Retrieved May 15, 2025, from https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/868-tidur-untuk-menjaga-kesehatan-mental
10. World Health Organization. Regional Office for Europe. (1999). Healthy living : what is a healthy lifestyle?. Retrieved May 21, 2025 from https://iris.who.int/handle/10665/108180