• Tentang UGM
  • Tentang FEB UGM
Universitas Gadjah Mada
  • About Us
    • Career News
    • Struktur Organisasi
  • Flagship Program
    • Softskills Development
      • STAR LEAD
      • STAR LEAP
      • Star Reach
      • GO-WEST
      • STAR FLEET
      • Online Course
    • Mental Health Program
    • Career Days
    • Program Pra – Inkubasi Bisnis
  • Vacancy
    • Internship
      • Magang Kampus Merdeka
      • Magang Mandiri
      • Database Perusahaan Pengajuan Magang
    • Job
    • Scholarship Opportunities
    • Competition
  • Administration
    • Alur Pengajuan Magang
    • Alur Pengajuan Kompetisi
      • Peminjaman LAMP
    • Alur Pengajuan SKPI
    • Alur Konsultasi Psikologis Mahasiswa
  • Career Support
    • Career Portal
    • Career Mapping
  • Article
    • Mental Health
    • Career Development
  • Beranda
  • Berita CSDU
  • Cara Self Love Agar Hidup Lebih Bahagia

Cara Self Love Agar Hidup Lebih Bahagia

  • Berita CSDU
  • 22 January 2025, 14.39
  • Oleh: CSDU FEB UGM
  • 0

Istilah self-love atau mencintai diri sendiri kerap dibicarakan sebagai kunci menuju kesejahteraan dan kebahagiaan pribadi. Psikolog Career and Student Development Unit (CSDU), Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Anisa Yuliandri, S.Psi., M.Psi., Psikolog., mengatakan self love merupakan penerimaan diri yang mendalam dan tanpa syarat. Hal ini melibatkan pengakuan atas nilai diri, perlakuan baik terhadap diri sendiri, serta memprioritaskan kesejahteraan pribadi.

“Self-love sering disalahpahami sebagai egoisme atau narsisme. Padahal, ini adalah bentuk penghargaan diri yang sehat dan sangat penting untuk mendukung stabilitas mental serta emosional,” jelasnya, Kamis (16/1/2025) di FEB UGM.

Anisa menjelaskan bahwa self-love erat kaitannya dengan self-compassion atau welas asih diri, yaitu sikap kebaikan dan perhatian terhadap diri sendiri saat menghadapi kesulitan dalam hidup. Dengan menerapkan self-compassion, berarti individu belajar menerima kegagalan maupun kekurangan diri yang menjadi bagian dari setiap kehidupan seseorang. Dengan begitu diharapkan seseorang dapat berbaik hati pada diri sendiri.

Lebih lanjut Anisa menyampaikan self-compassion mencakup tiga komponen utama. Komponen tersebut adalah self-kindness (bersikap lembut pada diri sendiri), common humanity (kesadaran bahwa kegagalan adalah pengalaman manusiawi), dan mindfulness (berfokus pada saat ini tanpa menyangkal atau menghindarinya).

Hanya saja, tidak sedikit orang yang kesulitan mengembangkan self-love. Anisa menyebutkan kesulitan yang muncul dikarenakan hambatan psikologis seperti harga diri rendah, perfeksionisme, dan self-talk negatif.

“Individu dengan harga diri rendah sering merasa tidak pantas menerima cinta dan kebaikan, bahkan dari diri mereka sendiri,” jelas Anisa.

Sementara itu, orang yang perfeksionis cenderung menetapkan standar tinggi dan mengkritik diri mereka sendiri ketika gagal mencapainya. Ia juga menambahkan bahwa dialog batin yang terus-menerus negatif, seperti ‘Saya tidak cukup baik’ atau ‘Saya selalu gagal,’ dapat memperkuat perasaan tidak berharga.

Untuk mengatasi hambatan ini, Anisa memberikan beberapa strategi yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah melatih self-compassion dengan bersikap lembut terhadap diri sendiri. Tips berikutnya, memahami bahwa kegagalan adalah hal manusiawi dan fokus pada situasi saat ini. Strategi lainnya adalah mengatasi self-talk negatif melalui terapi kognitif-perilaku (CBT), melakukan self-care seperti olahraga; tidur cukup; makan sehat; dan melakukan hobi, serta menerapkan mindfulness melalui meditasi atau relaksasi pernapasan.

Anisa juga menyoroti bagaimana norma sosial dan ekspektasi budaya dapat menghambat self-love. “Penekanan pada pencapaian eksternal, seperti prestasi dan penampilan, sering menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar tertentu,” katanya. Ia pun menyarankan agar individu mengenali kelebihan dan kekuatan dalam diri untuk dioptimalkan, serta melihat kekurangan sebagai peluang untuk berkembang.

Anisa pun menekankan kembali urgensi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya self-love di masyarakat. Karenanya perlu untuk mendefinisikan ulang bahwa kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian eksternal, tetapi juga pertumbuhan pribadi dan hidup autentik. Selain itu, ia mengajak masyarakat untuk menciptakan lingkungan suportif dan menormalisasi diskusi tentang kesehatan mental.

“Semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya self-love, semakin banyak pula individu yang menerima diri mereka dengan kebaikan dan welas asih yang layak mereka dapatkan,” pungkasnya.

Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum

Sustainable Development Goals

Tags: SDG 10 SDG 16 SDG 3 SDG 4 SDG 5 SDGs

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Rilis Terbaru

  • Kuliah Boleh Padat, Tapi Hidup Harus Tetap Sehat
  • Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi Kerja Sehari-Hari dengan Generative AI
  • Strategi Sukses Menyusun CV dan Menghadapi Wawancara Kerja
  • Program Berlayar: Bercerita dan Peduli Kesehatan Mental
  • Mahasiswa FEB UGM Sabet Juara 2 Kompetisi HSBC Indonesia Business Case Competition 2025
  • Positif Terus? Toxic Positivity Bisa Bikin Kita Stres, Lho!
  • Mahasiswa FEB UGM Juara 1 Management Competition 2025
  • Tim XCELERATE Juara 2 Entrepreneur Day Business Case Competition 2025
  • FEB UGM Kembali Bagikan Sarapan Gratis Untuk Mahasiswa Selama Ujian Semester
  • Mahasiswa FEB UGM Raih Juara 1 di OCBC Ventura National Investment Competition 2025
Universitas Gadjah Mada

 

Unit Pengembangan Mahasiswa dan Karir

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Depok, Sleman
Yogyakarta 55281

© Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju