Di era digital saat ini, keputusan finansial yang tepat menjadi semakin krusial, terutama dengan meningkatnya akses ke berbagai instrumen investasi yang menawarkan potensi keuntungan sekaligus risiko yang bervariasi. Oleh karena itu, memahami cara berinvestasi dengan bijak adalah kunci dalam mencapai stabilitas keuangan di masa depan.
Melihat situasi tersebut, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) berupaya mengedukasi seluruh civitas akademikanya terkait investasi dan perencanaan keuangan secara bijak dengan menghadirkan sejumlah pakar di bidang perbankan, keuangan, dan investasi dari CIMB Niaga dalam seminar bertajuk Financial Planning. Acara yang berlangsung pada Jumat, 20 September 2024 secara luring di Djarum Hall FEB UGM ini terselenggara melalui kolaborasi antara Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM dengan CIMB Niaga.
Wealth Research Senior Specialist CIMB Niaga, Hanintyo dalam kesempatan itu menyoroti akan pentingnya investasi. Menurutnya, investasi merupakan hal yang perlu dipaksakan. Terlebih, investasi perlu segera dilakukan terutama saat harga instrumen investasi belum terlalu mahal.
“Waktu terbaik untuk berinvestasi adalah hari ini, kemudian besok. Mumpung kita masih muda, jangan ragu untuk mulai berinvestasi,” ajaknya, Jum’at (20/9).
Ia menjelaskan terdapat empat prinsip dalam investasi, yang harus diperhatikan. Keempat prinsip tersebut adalah niat, disiplin, dimulai dari nominal yang kecil, dan bersahabat dengan waktu. Terkait dua prinsip terakhir, ia menjelaskan jika memulai investasi dapat dilakukan dari nominal kecil kemudian ditingkatkan seiring meningkatnya pendapatan.
“Jangan menunda! Mulailah investasi hari ini, karena semakin lama ditunda, semakin sulit untuk memulainya,” tekannya.
Selain itu, Hanintyo juga membahas mengenai kekhawatiran beberapa orang yang merasa sudah terlambat berinvestasi. Namun ia menekankan tidak ada kata terlambat dalam berinvestasi
“Bagi yang sekarang sudah mendekati masa pensiun, mungkin cukup terlambat karena instrumen investasi yang dapat menghasilkan keuntungan dalam waktu singkat sangat terbatas. Namun, bagi yang masih muda, masih banyak waktu untuk memulai,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu ia juga menekankan jika perlakuan kita terhadap uang sangat bergantung pada diri sendiri. Kaya, bukan hanya tentang seberapa besar pemasukan, tetapi juga seberapa banyak kita dapat menabung dan berinvestasi. “Masalah uang itu datang dari kita sendiri, apakah kita merasa cukup, kekurangan, atau ingin lebih itu asal-muasalnya ya, dari diri kita sendiri. Masalah keberuntungan, hal itu hanya datang bagi mereka yang bekerja cerdas. Oleh karena itu, kita harus tahu kapan kita harus memulai investasi agar dapat memetik hasilnya di masa depan,” paparnya.
Perbankan turut memainkan peran sentral dalam menyediakan berbagai layanan keuangan yang mempengaruhi keputusan dalam berinvestasi. Head of Capital & Balance Sheet Management CIMB Niaga, Roy Bahren Siregar dalam kesempatan tersebut menjelaskan berbagai jenis bank seperti bank sentral yang fungsinya diampu oleh Bank Indonesia, bank konvensional atau bank umum, dan bank perkreditan rakyat (BPR). Perbedaan ketiga jenis bank ini juga mempengaruhi fungsinya. Sebagai contoh, BPR berfokus pada layanan untuk usaha kecil dan menengah (UMKM), sementara bank konvensional memiliki fungsi yang lebih luas seperti layanan simpanan valuta asing.
“Industri perbankan itu memiliki limitasi atau batasan dalam melakukan ekspansi. Hal ini dikarenakan adanya batasan dari OJK dan keterbatasan modal (CAPEX) juga,” terangnya.
Roy menambahkan, meskipun bank memiliki fungsinya masing-masing, industri bank yang sekarang tak bisa konservatif seperti dahulu. Dengan semakin berkembangnya teknologi, industri perbankan pun harus ikut beradaptasi. Selain itu, Roy juga menyoroti pentingnya adaptasi teknologi di dunia perbankan, mengingat semakin banyak layanan perbankan yang kini beralih ke platform digital. “Sekarang, bank juga harus mengembankan servis digitalnya, salah satunya yaitu melalui pengembangan aplikasi. Hal ini dilakukan karena semakin lama scope kerja bank itu semakin luas, tak hanya untuk tempat simpan-pinjam dan transaksi saja,” ujarnya.
Sementara Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia, Suyanto, M.B.A., Ph.D., dalam sambutannya menekankan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik. Pengelolaan keuangan sangat penting dilakukan mana biaya hidup semakin meningkat. “Untuk teman-teman semua, baik yang sudah maupun belum menikah, ilmu ini sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi, persoalan biaya hidup, termasuk biaya hidup di Jogja yang semakin naik. Kita harus memastikan kepentingan dan prioritas yang kita terjaga agar tujuan hidup kita tercapai,” ungkapnya.
Seminar ini tidak hanya memperkuat literasi keuangan dan investasi civitas akademika FEB UGM. Kegiatan ini juga berkontribusi terhadap pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) seperti Pendidikan Berkualitas (SDG 4), Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (SDG 8), Inovasi dan Infrastruktur (SDG 9), serta Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (SDG 17)..
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum