Sabtu (14/10), Career and Student Development Unit (CSDU) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) mengadakan acara pre-incubation kick off and innovative talk yang bertemakan “Introduction to Founders Mindset and How to Generate Business Ideas”. Diselenggarakan di Ruang Audio Visual FEB UGM, Joe William selaku Academic Officer Sevenpreneur membagikan insight yang ia miliki dalam mendirikan suatu bisnis. Sevenpreneur merupakan lembaga inkubasi bisnis yang membantu orang-orang yang hendak mendirikan usaha mereka sendiri.
Sesi Pertama: Mengenali Sisi Internal dan Eksternal dalam Menyiapkan Bisnis
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” serta “Hymne Gadjah Mada”. Kemudian, Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama, dan Alumni, memberikan sepatah dua patah kata sebagai sambutan. Seminar pun dimulai dengan pengenalan Sevenpreneur oleh Joe. Setelah itu, sesi pertama pun dimulai dengan upaya untuk mengenali diri sendiri sebagai langkah awal membangun bisnis. Untuk memulai bisnis, kita perlu mengenali dua hal yang ada dalam diri kita, yakni internal foundation serta external foundation.
Yang pertama adalah internal foundation. Mengenali kekuatan serta kelemahan diri sangatlah penting dalam merintis bisnis. Hal ini dapat dianalisis dengan analisis strength, weakness, opportunity, dan threat (SWOT). Setelah itu, kita perlu menyusun personal development plan (PDP) sebagai langkah untuk mengantisipasi kelemahan yang dimiliki. Kemudian, barulah kita dapat menyusun short-term goals serta long-term goals yang ingin dicapai.
Tak hanya itu, kita juga perlu menganalisis hal yang memberikan tiga hal: pleasure, passion, dan purpose (bagi diri sendiri maupun masyarakat). Bisnis pun perlu memikirkan pembagian kerja yang terdiri atas tiga peran: the designer (pendesain produk), the showman (ahli pemasaran), dan the enforcer (pengawas operasional). Terakhir, yang terpenting dalam penyiapan bisnis adalah terkait keuangan, manajemen waktu, manajemen risiko, dan ketajaman bisnis.
Pembahasan dilanjutkan dengan sisi eksternal dari bisnis, seperti modal dan mitra bisnis. Modal terdiri atas keuangan pribadi (bootstrap), pinjaman (loan), dan kepemilikan (equity). Sementara itu, partner bisnis menjadi unsur yang penting dalam menjalankan usaha. Survei National Bureau of Economic Research menemukan bahwa multiple founders memiliki survival rate 30% lebih tinggi daripada single founder. Adapun, dalam memilih mitra , terdapat dua hal yang dapat dipertimbangkan, yaitu aspek tangible dan intangible. Selain itu, bisnis pun perlu memiliki mentor sebagai figur yang mengarahkan, memberi inspirasi, dan mempercepat kemajuan bisnis untuk mencapai kesuksesan.
Sesi Kedua: Innovating Business Idea
Sesi dilanjutkan dengan topik terkait bagaimana cara menginovasikan ide bisnis. Ide bisnis selalu tercipta dari masalah yang timbul dalam masyarakat. Sebagai contoh, mobil, yang ditemukan oleh Henry Ford, merupakan solusi dari moda transportasi kuda yang tidak efektif. Contoh lainnya adalah platform Ternak Uang yang bergerak dari masih kurangnya literasi finansial penduduk Indonesia. Dengan demikian, permasalahan merupakan kesempatan untuk menuai ide bisnis.
Untuk menemukan masalah, terdapat tiga langkah yang dapat dilakukan, yaitu find your market, behavior, dan list the problems. Sebagai contoh adalah permasalahan kesehatan. Kita dapat menentukan market, yakni lingkungan kantor dan lingkungan rumah. Kemudian, behavior dapat ditetapkan pula, berupa adanya peningkatan tren pola hidup sehat dan olahraga. Permasalahan pun lalu dapat ditarik, seperti minimnya pengetahuan tentang pola hidup sehat di kalangan lingkungan kantor serta rumah. Permasalahan yang diperoleh lantas dapat diubah menjadi ide bisnis melalui dua cara, yaitu low-hanging fruit theory, market gap theory, ataupun kombinasi keduanya.
Low-hanging fruit theory dapat diibaratkan sebagai mengambil buah yang ada paling dekat dengan kita. Dengan demikian, ide bisnis yang dimaksud adalah dengan menyelesaikan masalah yang lebih mudah terlebih dahulu (sesuai dengan kemampuan kita), sebelum memasuki masalah yang lebih kompleks. Sementara itu, market gap theory dilakukan dengan menawarkan solusi yang belum ditemukan di pasar. Contoh konkret market gap theory adalah penemuan Gojek oleh Nadiem Makarim yang terinspirasi dari keberadaan Uber di Amerika Serikat. Ide bisnis Gojek merupakan perintis ide serupa di Indonesia.
Sementara itu, hasil yang diharapkan dari suatu bisnis dapat dikelompokkan ke dua kelompok, yaitu solution-centric dan monetization-centric. Solution-centric berfokus pada dampak yang ditimbulkan bisnis bagi masyarakat, sedangkan monetization-centric berkutat pada perolehan profit. Suatu bisnis yang baik harus dapat menyeimbangkan keduanya, yaitu berdampak bagi masyarakat sekaligus tetap menimbulkan keuntungan finansial.
Kemudian, alur dasar dari penciptaan bisnis adalah tiga hal, yaitu bangun (build), ukur (measure), dan evaluasi (learn). Pembangunan produk perlu memperhatikan minimum viable product (MVP), yakni agar produk baru mampu diproduksi dengan usaha atau biaya yang minim. Selanjutnya, pengujian produk dapat dilakukan dengan A/B Testing, yaitu penerbitan beberapa produk untuk melihat produk apa yang paling disukai oleh pasar. Setelah memperoleh hasil dari pengujian, barulah bisnis dapat melakukan evaluasi melalui customer metric, yang terdiri atas tingkat kepuasan customer dan net promoter score (NPS), yaitu seberapa besar customer akan mempromosikan produk kami.
Lalu, sesi pun dilanjutkan dengan praktik langsung terkait penciptaan ide bisnis yang dilakukan oleh para partisipan seminar. Partisipan diminta untuk mengobservasi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Permasalahan tersebut kemudian dianalisis sehingga didapat solusi yang ditawarkan, yakni berupa ide bisnis. Sesi ini sekaligus menutup acara pada hari ini.